Salam buat teman-teman semua,
Terima kasih atas tanggapan, pendapat dan masukan dari rekan-rekan semua. Ini lah yang saya harapkan sebetulnya, masukan dan pandangan dan pendapat dari teman-teman semua, karena sebelum ini saya pernah lemparkan isu ini di dalam milis Persatuan Pelajar Indonesia UTM, tetapi tidak ada komentar mengenai doble salary-nya, yang ada hanya justifikasi kenapa para dosen dan peneliti Indonesia banyak yang lari ke luar negeri. Mungkin mereka takut berpolemik atau tidak enak dengan orang-orang yang bersangkutan karena sehari-hari ketemu. Sebab banyak juga yang bilang dengan saya secara langsung, kalo mereka sebetulnya tidak setuju dengan double salary yang didapatkan oleh seorang dosen yang mengajar di LN dan juga di Indonesia.
Memang seandainya hanya masalah pindahnya saja, saya setuju 100 % dengan pendapat kawan-kawan semua, karena memang ada manfaat yang didapat seandainya seseorang dosen itu pindah bekerja di luar negeri, karena dukungan dana yang besar untuk membeli peralatan dan material untuk riset. Juga adanya dukungan paper dari jurnal-jurnal internasional terbaru yang mungkin tidak bisa kita dapatkan dengan mudah di Indonesia. Juga cita-cita untuk membangun network dengan negara lain. Satu lagi yaitu adanya penghargaan berupa salary yang tinggi dan memang pantas diberikan atas usaha dan susah payah seseorang untuk mendapatkan gelar itu. Itu hak azasi setiap orang untuk bekerja di mana saja dan dengan siapa saja, sah-sah saja. Sehingga dengan pendapatan yang tinggi cita-cita atau impian seseorang itu bisa ia wujudkan, seperti pendapatnya mas Eko, ini benar dan boleh-boleh saja, kita tidak berhak melarangnya. Banyak teman-teman saya juga yang memang dia free, tidak ada ikatan apa-apa dengan instanti lain di Indonesia sekarang bekerja di Malaysia, tidak masalah.
Tetapi yang jadi masalah seandainya seseorang itu pindah kerja tetapi menyebabkan masalah bagi dan merugikan orang lain itu yang masalah. Untuk kasus kawan saya itu sebetulnya bukan saya yang tanya-tanya dia tentang hal-hal yang sifatnya pribadi, tetapi dia sendiri yang menceritakannya pada saya, karena dia teman akrab saya. Motivasi saya pun bukan karena saya iri dengan rejeki dari tuhan yang jatuh ke dia, tetapi saya kasihan sama dia saja, seandainya memang rizki yang ia terima sekarang tidak halal, dia yang akan menanggung akibatnya, bukan hanya di dunia tetapi juga di kehidupan selepas mati kelak. Maaf, saya bukan mau menunjuk-nunjuk, Insya Allah secara financial saya tidak lebih buruk dari dia, dan juga seandainya mau saya pun bisa jadi dosen di sini dengan cara yang lebih baik. Dalam beberapa kesempatan justru dia yang sering mencemburui keadaan saya secara financial, dia bilang terus terang kepada saya. Secara personal pun saya beberapa kali mengingatkan dia tentang perkara ini, tetapi dia tetap berpandangan bahwa yang ia lakukan benar. Hubungan kami pun tidak ada masalah, tadi pagi pun kita masih berbincang-bincang dengan ramah, saya tidak membenci dia, hanya saja saya tidak setuju dengan perbuatannya untuk mendapatkan pekerjaan itu. Sebetulnya dia pun menyadari bahwa perbuatannya tidak betul, karena sebelumnya pernah bilang dia tidak akan ambil kesempatan menjadi dosen karena dia akan dibenci teman-teman satu jurusannya di Indonesia sampai pensiun, padahal gaji besar yang ia nikmati hanya beberapa tahun saja, jadi tidak imbang katanya. Dia mau post doc saja 1 tahun, sudah jelas-jelas tidak berisiko. Hanya saja last minute dia ambil keputusan itu karena untuk post doc harus nunggu beberapa bulan, padahal beasiswanya sudah habis, takut susah makan di negeri orang, perlu biaya banyak,akhirnya dia putuskan jadi dosen saja. Memang kawan saya ini orangnya terlalu khawatiran, lebih-lebih perkara uang, makanya sama Allah dia dikasih banyak kemudahan karena keadaannya itu, dia sejak datang ke Malaysia sampai saat ini tidak pernah putus beasiswa, kalo yang lainnya rata-rata dapat beasiswa hanya pada satu setengah atau 2 tahun pertama saja, habis itu biaya sendiri.
Memang kalo orang yang diluar sistem tidak akan menyadari apa masalah seandainya satu orang dosen datang mengajar hanya beberapa hari saja dalam satu semester, teman-temannya sendiri lah yang merasakan susahnya. Tugas seorang dosen kan tidak hanya mengajar, ada membimbing mahasiswa, pengabdian masyarakat, tugas tugas administrasi dan lain-lain, disamping juga kehadirann dirinya di kampus selama jam kerja. Siapa yang akan mengerjakan pekerjaan yang menjadi porsinya dia dalam hal-hal tesebut seandainya dia tidak ada di kampus, lagi pula apakah adil jika gaji dia digaji untuk setahun penuh sementara datangnya hanya 2 minggu, dengan asumsi dia datang semingu sekali tiap semester. Coba kita fikir kalau kejadian ini berlangsung betahun-tahun, apa tidak rugi negara kita, membayari orang tersebut tiap bulan, tetapi kerjanya tidak ada. Sebagai pengetahuan, teman-teman semua, bukan hanya kawan saya saja yang berbuat begitu, di UTM sendiri ada beberapa orang yang juga seperti kawan saya itu, belum lagi di Universitas lain di Malaysia, dan juga di beberapa negara lain, saya ada data tentang itu. Ada juga yang tidak hanya satu kali kontrak, setelah kontrak habis terus diperpanjang lagi, kalo begitu kapan mengaplikasikan ilmunya untuk mahasiswa Indonesia di universitasnya dia, mau nunggu dekat-dekat pensiun, apakah pengalaman selama menjadi student PhD tidak cukup.
Ini lah sebetulnya yang menjadi kerisauan saya, sudah sedemikian parah kah kondisi negeri kita ini, kelemahan terjadi hampir di setiap lini, korupsi dilakukan oleh hampir setiap orang, tidak peduli orang desa atau pun orang kota, yang berpendidikan dan yang tidak hampir semuanya korupsi. Makanya sebetulnya motif dibalik semua ini saya ingin membangkitkan semangat teman-teman semua untuk paling tidak mengurangi yang namanya korupsi, jauh-jauh menghilangkan, paling tidak mengurangi kuantitasnya, lebih sempit lagi kita sendiri jangan sampai korupsi. Untuk perbuatan baik ini, orang bijak berkata dimulailah dari diri kita sendiri, sambil mengajak juga orang lain melakukan hal yang sama, seandainya orang lain tidak mau itu urusan dia, paling tidak kita sudah mengingatkan. Kita hidup di dunia ini tidak bisa saling tidak menghiraukan, karena efek dari perbuatan jahat yang dilakukan orang lain semua orang akan meraskan akibatnya, seperti sekarang ini banyak musibah di negeri kita, ada gunung meletus, banjir, tsunami dll itu semua akibat perbuatan jahat manusia, memang nampak sekali dengan kasat mata kan berbagai kasus, ada mafia pajak, mafia hukum, ada yang ingin jalan-jalan ke LN pake uang negara dll. Paling tidak kita yang dibagi sedikit kelebihan sama Allah dapat mengenyam pendidikan samapai tingkat S2 atau S3, jangan lah ikut-ikutan berbuat tidak baik juga, kita kan sudah mengerti konsekuensinya. Setiap orang memang punya keinginan, tetapi tidaklah dapat keinginan itu diwujudkan dengan menghalalkan segala cara yang bertentangan dengan aturan dan undang-undang dan agama.
Memang sebetulnya kontribusi seperti yang dikatakan, yaitu publikasi paper di jurnal internasional masih perlu diuji signifikansinya terhadap peringkat universitas kita di Ranking dunia, masih perlu dibahas oleh panel ahli. Lagi satu seandainya dosen tadi tidak menghasilkan publikasi ilmiah, terus apa kontribusinya terhadap negara kita. Kasus macam ini bukannya tidak terjadi di UTM, ada juga beberapa dosen UTM yang mengeluhkan hal ini. Seandainya skema kerja macam ini ada manfaatnya dan memang diperlukan dibuatlah uji publik, setelah lolos buatlah peraturan yang transparan, dari segi perijinan, skema penggajian dan lain-lain jangan sampai merugikan negara kita, sehingga orang yang mau bekerjanya pun tenang, rizkinya barokah dan bermanfaat. Jangan seperti sekarang ini, ijinnya seolah-olah sembunyi-sembunyi hanya sampai tingkat Dekan saja, dan itu pun Dekannya yang ditodong untuk teken karena kerjasama risetnya sudah dibuat duluan, bukan universitas yang memerlukan kemudian menugaskan beberapa orang yang bersedia untuk mengemban tugas tersebut. Jadi surat dekannya dibuat untuk kepentingan proibadi orang tersebut.
Jadi inti dari tulisan saya yang panjang ini adalah supaya kita dapat memegang amanah dengan betul, boleh kerja dimana saja tetapi dengan aturan yang betul. Bagi dosen yang ingin kerja di luar negeri, silahkan saja tetapi dengan syarat selesaikan kewajiban dengan negara kita, bagi yang ada ikatan dinas selesaikanlah dulu ikatan dinasnya baru pergi ke luar negeri, bagi yang mau resign boleh tapi kembalikan semua uang yang dia terima selama tugas belajar dua atau 3 tahun kepada negara, karena semasa tugas belajar kan memang tidak ada kontribusi langsung kepada universitas atau negara kita, bagi yang mau balik dan hanya kerja 2 atau 3 tahun, karena takut tidak dapat pensiun, ambillah cuti di luar tanggungan/tanpa gaji, ini lebih gentle. Sebagian kawan-kawan saya dosen di UTM, ada juga yang pergi mengajar di Saudi Arabia dan negara-negara timur tengah lainnya 2 atau 3 tahun, tetapi mereka tidak mendapatkan gaji dari UTM sama sekali dan fokus mengajar di sana, setelah balik baru mengajar lagi di UTM. Mereka tidak mau makan rizki yang samar-samar (syubhat) apalgi yang haram.
Memang lah saat ini negara kita belum dapat memberi penghargaan berupa gaji yang besar kepada para dosen dan peneliti, dan banyak kelemahan di segi kontrol, peraturan dan lain-lain, tetapi memang itulah realitanya. Kita sendiri lah yang harus membenahinya, dimulai dari diri kita, ajak juga kawan, saudara handai tolan untuk memperbaikinya, dengan jalan berbuat yang baik dan betul, nanti kalau semua orang atau banyak orang yang sudah baik, tatanan kehidupan ini akan dibaiki oleh Tuhan semesta alam. Jangan terus ikut-ikutan berbuat tidak betul. Untuk kasus dosen ini, jangan lah tidak mau bekerja di Indonesia dengan gaji yang kecil dan pindah kerja di negara lain, tetapi gajinya tetap diambil, kalau tidak mau dengan gaji yang kecil ya resign lah, kalau mau ya bersabar, jangan mencari celah-celah untuk korupsi dengan dalih kerjasama riset dan lain-lain. Karena kenyataan yang terjadi, ijin dari Indonesianya kolaborasi riset, tetapi prakteknya jadi dosen, ini juga suatu kesalahan.
Bagi yang ingin kembali ke tanah air, ini lah yang paling ideal, inilah bentuk pengabdian yang betul-betul nyata dan langsung terasa manfaatnya. Masalah rizki dengan gaji yang kecil itu kita serahkan sama Allah. Jutaan dosen lain pun masih tinggal di Indonesia dan anak istrinya juga masih bisa makan, berpakaian, berkendaraan dan lain-lain. Rizki di tangan Allah, dan sudah ada bagiannya masing-masing, tidak akan bertukar, dan seseorang tidak akan mendapatkan lebih dari yang sepatutnya ia dapatkan. Rizki akan mengejar seseorang yang telah ditetapan Allah untuk mendapatkannya sebagimana kematian mengejar seseorang, oleh karena itu carilah rizki yang halal saja.
Sekian dulu dari saya, mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan dan tidak berkenan di hati teman-teman semua. Semua saya niatkan untuk perbaikan diri saya terutama dan sebagai peringatan bagi kita semua. Sekali terima kasih atas masukan, tanggapan dan pendapat dari kawan-kawan semua, baik yang pro maupun kontra, terus terang itu semua meningkatkan semangat saya untuk mencoba dan berusaha berbuat baik dan mengajak teman-teman semua berbuat baik juga. Semoga Allah Swt berikan taufik kepada kita untuk mengamalkannya. Amiin
http://id-scholarships.blogspot.com/
===============================
INFO LOWONGAN DI BIDANG MIGAS:
http://www.lowongan-kerja.info/lowongan/oil-jobs/
===============================
INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com