Wednesday, October 27, 2010

Re: Tanggapan[beasiswa] [OOT] Sharing ttg Dosen yang berstatus double Lecturer di LN dan di Indonesia

 

Hmmm menurut saya yang diuntungkan justru universitasnya karena teman pak ojo mencantumkan nama universitas sbg kompensasi jika publikasi. Ngga mudah loh menulis dan menembus jurnal. Dan juga dg network yg terbentuk bisa menjadikan universitas tsb dalam road map menuju WCU.so, berpulang pd diri masing2 jgn ngiri lah sama rejeki orang lain :).

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


From: Tanika Sofianti <teany_ds@yahoo.com>
Sender: beasiswa@yahoogroups.com
Date: Wed, 27 Oct 2010 16:27:48 -0700 (PDT)
To: <beasiswa@yahoogroups.com>
ReplyTo: beasiswa@yahoogroups.com
Subject: Tanggapan[beasiswa] [OOT] Sharing ttg Dosen yang berstatus double Lecturer di LN dan di Indonesia

 

To temen2 yang merespon email dari pak Ojo.. juga untuk pak Ojo sendiri...

Sebenarnya banyak yg peka, dan kritis macam pak Ojo ini, tapi gak banyak yang berani macam pak ojo ini karena berani bersuara ke kita2 mengenai sportifitas dari rekan nya di Malaysia.

Saya yakin, kalau kita jadi temannya pak Ojo itu, pasti mikir 5 kali untuk menolak tawaran dari UTM itu. Tapi dari cerita salah seorang teman saya yg pernah jadi dosen di Malaysia, keliatannya mulai dari teman saya ini, istrinya, dan anak2nya tidak mempunyai kesan yang baik tentang bekerja di Malaysia.
Cuma berapa tahun, trus pada pulang ke Indonesia, dan bekerja di Indonesia. Keliatannya seberapapun kondisi di Indonesia, teman saya dan keluarganya bisa melihat dari perspektif yang berbeda, artinya.. ya jelek2 yg ada di Indonesia ini kita lah yang berusaha untuk memperbaikinya.

Jadi kalo menurut saya, ya.. bisa dibilang temennya pak Ujo ini lagi dapat ujian profesionalisme.. 
Kalo dari perspektif saya yang gak ngajar di PTN, ya temennya pak Ujo ini mustinya sportif dan resign dari PTN tersebut. Tapi apakah kita tahu kalo temannya ini sudah menjajaki kemungkinan ini. Mungkin dia juga timbang2 dulu, kalo dia resign dan gak taunya gak betah di Malaysia, sayang banget kalo dia resign sebagai PNS, padahal susah utk jadi PNS. Dan setahu saya orang berebut jadi PNS. Kalo saya mah insya Allah gak kepengen jadi PNS. kalo yang diomong adalah masalah pensiun, insya Allah bisa kita kelola melalui bank. 

Jadi yang kembali ke sistem. Orang2 macam teman nya pak Ujo ini banyak... gak cuma soal pekerjaan yang dobel, soal teman2 kita yang lagi ambil S2/S3 di luar negri tapi melakukan beberapa kegiatan yg menurut pengamatan kita adalah tidak fair juga banyak banget.
Yang udah dapat beasiswa dari dikti, tapi risetnya dilakukan dari Indonesia sampai berbulan2 juga ada, coba aja tuh, dapat living allowance misalnya buat di jepang, tapi orangnya ada di Indonesia... enak kan? 

Tapi apakah menurut Dikti dan PTN temennya pak Ujo ini adalah hal yang harus ditertibkan? Apakah kedua lembaga ini ada atensi untuk mengawasi dan mengendalikan hal2 seperti ini? 

Kalo kita sebagai individu yang vokal sedemikian rupa utk mentertibkan hal seperti ini, tapi Dikti or PTN nya diem aja, kita jadi kayak orang yang sirik ngelihat kebahagiaan orang lain..

Jadi.. menurut saya.. temennya pak Ujo gak sportif.. PTN nya juga gak disiplin.. jadi sama2 gak fair nya.. 

Salam...
 
Tanika D Sofianti



From: Ida Lumintu <she.is.megumi@lycos.com>
To: beasiswa@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 27, 2010 18:28:15
Subject: [RE][beasiswa] [OOT] Sharing ttg Dosen yang berstatus double Lecturer di LN dan di Indonesia

 

Salam Mas Ojo,

Terimakasih atas sharing pengalamannya. Membaca cerita Mas Ojo, saya tergoda untuk bertanya2 dalam hati, beliau (teman Mas Ojo) mengambil kesempatan menjadi pengajar di UTM itu sebenarnya bagaimana duduk perkaranya:

1. Ketakutan anaknya tidak bisa mengikuti pendidikan di SD di Indonesia
2. Membuat jejaring riset antar institusi tempat beliau mengajar di Indonesia dengan UTM
3. Pengalaman mengajar di institusi asing sebagai pengayaan secara professional
4. Motivasi lain, motif finansial misalnya?

Tentu bukan Mas Ojo yang tahu niat apa sebenarnya yang menjadi latar belakang utama praktik2 semacam ini. Hemat saya, kembalikan saja kepada beliau yang menjalankannya. Hati nurani yang berbicara.

Di tengah carut-marut keadaan bangsa kita secara ekonomi, sosial, politik, termasuk berbagai bencana alam serta 'pelecehan' negara asing terhadap bumi pertiwi (penjarahan emas di Freeport, dan lain-lain termasuk Malaysia sendiri yang sering mempunyai persoalan dengan bangsa kita), mengapa beliau memutuskan untuk mengajar di UTM. Apa yang sebenarnya yang menjadi pemicu niat beliau, wallahualam, hanya beliau dan Penciptanya yang tahu.

Mengenai konsekuensi lanjutan dari keputusan yang beliau ambil tersebut pada akhirnya berpulang juga secara eksplisit pada niat awalnya. Sebagai contoh, bila point 2 dan 3 yang menjadi niat awal yang utama, alhamdulillah, tentunya beliau akan mengutamakan keuntungan kerjasama riset itu untuk kepentingan institusi tempat mengajarnya di Indonesia, dan segala trade-offs yang terjadi, termasuk minimumnya kehadiran beliau secara fisik di tempat mengajar di Indonesia (sebagai dosen terbang) serta model kerjasama riset yang *hanya* dengan mencantumkan nama instutusi di Indonesia bersandingan dengan nama UTM, sudah dipertimbangkan masak-masak, benar-benar untuk kebaikan di pihak negeri tempat beliau selayaknya berbakti (a.k.a ibu pertiwi).

Bila motif lain yang menjadi niat awalnya secara utama (termasuk point 1 dan 4), maka itu juga kembali lagi pada beliau, kembali pada putra-putra bangsa yang sebenarnya sangat diharapkan untuk menjadi motor utama penggerak perubahan sosial di Indonesia yang sudah terpuruk ini. Sah-sah saja untuk mempunyai motif-motif yang tidak relevan dengan kapasitas beliau yang diharapkan sebagai agen perubahan sosial di bumi pertiwi. Namun seyogyanya motif2 yang tidak relevan ini ditempatkan pada prioritas yang jauh dari prioritas utama, terkecuali dalam keadaan darurat atau dalam keadaan yang tidak bisa dihindarkan, seperti misalnya bila tidak mengajar di UTM, anak istrinya akan *maaf* dibunuh misalnya.

Demikian, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati. Semoga kita diberikan petunjuk dan barokah olehNya. Aamiin Allahuma aamiin.

Salam kebangkitan Indonesia!


-Ida Lumintu-


---------[ Received Mail Content ]----------
> Subject : [beasiswa] [OOT] Sharing ttg Dosen yang berstatus double Lecturer di LN dan di Indonesia
> Date : Wed, 27 Oct 2010 03:19:26 -0000
> From : "ojo_kurdi"
> To : beasiswa@yahoogroups.com
>
>Salam buat teman-teman semua,
>
>Saya ingin meminta pendapat dari kawan-kawan di Milis Beasiswa mengenai kasus yang terjadi di tempat saya belajar di UTM, Malaysia. Ada seorang kawan,dia adalah dosen di salahsatu PTN di Indonesia. Dia sudah habis belajar S3 dan mendapatkan gelar Doktor bulan Juli 2010. Selama belajar dia mendapat beasiswa dari supervisor dia di UTM. Setelah habis belajar dia tidak pulang dengan alasan takut anaknya tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dasar di Indonesia karena kata orang-orang pelajaran di Indonesia lebih tinggi dan lebih susah, jadi mau nunggu anaknya habis sekolah SD dulu, sekarang anaknya duduk di Kelas 5 SD, tahun depan kelas 6 dan lulus.
>
>Karena alasan itu dia melamar jadi dosen dan diterima di UTM juga mulai kerja bulan Agustus 2010 dan dia telah menandatangani kontrak selama 3 tahun. Untuk statusnya di Indonesia, dia katanya mau mengajukan menjadi dosen terbang, jadi datang ke Universitasnya untuk mengajar mata kuliah yang ditugaskan mungkin beberapa hari saja dalam satu semester, untuk perijinannya dia akan meminta surat tugas dari Dekannya untuk membuat kerjasama riset, dengan demikian dia setiap bulan akan mendapatkan gaji sebagai PNS dari pemerintah kita dan juga gaji sebagai dosen UTM yang jumlahnya sekitar 7 kali lipat dari gaji PNS. Sebagai kontribusi dia akan menyertakan nama Universitas dia di Indonesia berdampingan dengan nama UTM dalam setiap publikasi ilmiah yang dibuat selama kerjasama riset itu.
>
>Dia beralasan mengajukan skema itu karena banyak dosen-dosen yang lain juga dari universitas lain yang mengajar di UTM dengan perijinan yang sama. Sampai sekarang dia belum balik lagi ke Indonesia untuk membuat perijinan itu, baru akan dibuat, entah kapan. Nah saya sudah coba tanya teman-teman dari negara lain seperti Pakistan, kata mereka hal itu tidak dibenarkan dan tidak pernah ada, kalau mau ngajar di Malaysia mereka diharuskan mengundurkan diri dari universitasnya di Pakistan.
>
>Nah bagimana pendapat teman-teman, apakah hal seperti itu bisa dibenarkan atau tidak? Pemerintah kita, dalam hal ini universitas dia dan mahasiswa dia dirugikan atau tidak? Dan double salary-nya dibenarkan atau tidak? Kalau seandainya di jurusan dia banyak yang apply hal yang sama, apa tidak akan menimbulkan kekacauan di jurusan dia di PTN Indonesianya? Bagaimana menyikapinya?
>
>Demikian dari saya, terima kasih atas pendapat dan masukan teman-teman semua.
>
>Regards,
>
>Ojo
>
>


__._,_.___
Recent Activity:
INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS:
http://id-scholarships.blogspot.com/

===============================

INFO LOWONGAN DI BIDANG MIGAS:
http://www.lowongan-kerja.info/lowongan/oil-jobs/

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
.

__,_._,___